BELAJAR PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DI HUTAN MANGROVE JEMBATAN MERAH

Hai semuanya ...
Bertemu lagi dengan saya Widya Nuraini

Diblog kali ini,saya akan belajar tentang pemberdayaan komunitas untuk memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi.




         Gerbang Jembatan Merah Hutan
                          Mangrove

Jembatan Merah Hutan Mangrove merupakan sebuah program pemberdayaan komunitas berbasis wisata alam, religi, dan edukasi yang digerakkan oleh Pak Suyadi dan warga sekitarnya dibantu oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang.

Saya bersama teman-teman saya akan melaksanakan kegiatan Learning Tour di salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Rembang. Kegiatan ini dilaksanakan di Jembatan Merah Hutan Mangrove yang terletak di Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang berada tepat di muara sebuah sungai. 

Tepatnya pukul 10.00 WIB tibalah kami di lokasi. Untuk memasuki hutan mangrove jembatan merah ini hanya ditarik tiket masuk berupa biaya parkir kendaraan sebesar Rp 5.000 untuk sepeda motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Ketika memasuki pintu gerbang tidak ada yang menjaga, pengunjung pun cukup memasukkan uang ke kotak donasi semampunya.

Disepanjang jalan menuju jembatan, kita akan menyaksikan warung-warung yang menjual makanan ringan maupun berat, juga minuman yang menyegarkan. Kebanyakan pengunjung yang singgah setelah penat, sering kali memilih rujak buah sebagai teman istirahat dengan minuman es kelapa muda. Untuk harga yang ditawarkan juga bisa dikatakan cukup murah. Untuk satu porsi rujak buah dijual dengan harga Rp 8.000, sedangkan untuk es kelapa muda seharga Rp 5.000 per gelasnya.

               Lorong Hutan Mangrove

Kawasan hutan mangrove memang sangatlah indah .Sepanjang mata memandang kita akan disajikan hijaunya pepohonan mangrove dengan akar- akar tunjang yang mencengkram pantai dengan airnya yang jernih dan ikan-ikan kecil bergerombol diantara akar-akarnya.

Diantara rimbunannya pepohonan, Hutan mangrove ini juga telah dilengkapi dengan jalan setapak yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk mengelilingi hutan mangrove yang terbuat dari papan kayu berwarna merah. Terdapat juga bangku-bangku ditepian untuk menikmati nuansa ditengah hutan bakau.



              Bakau jenis Rhizophora sp.


Hutan bakau jembatan merah ini cukup luas hingga tumbuh kearah barat dan terlihat rutin dilakukan penanaman, baik penanaman yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun masyarakat Rembang dan sekitarnya. Sebagaimana hutan mangrove pada umumnya, selain berfungsi sebagai menahan abrasi, hutan ini juga sangat menarik dikunjungi untuk keperluan wisata. Awal masuk akan disuguhi oleh lorong mangrove dari jenis Rhizophora Sp. yang memiliki akar jangkar. Jenis ini merupakan jenis digaris depan yang berhadapan langsung dengan gelombang laut. Selain jenis Rhizophora sp. ada jenis lain yaitu Rhizophora apiculata, Avicenia marina, Avicenia alba, Soneratia alba dan Xilocartus Sp. sehingga total ada 6 jenis mangrove yang tumbuh disini.


Ujung dari Jembatan Merah Hutan Mangrove berupa gubuk santai atau gazebo. Kita bisa bersantai disana sambil menikmati pemandangan laut utara Jawa. Suasana tenang berpadu dengan angin sepoi-sepoi membuat ingin lebih berlama-lama disini.

Beberapa waktu lalu wisata ini ditutup karena adanya pandemi Covid -19. Kondisi parkiran sangat lenggang. Tak ada satupun kendaraan. Bagitupun pada warung-warung disekitar loket masuk. Hanya ada beberapa pemuda sekitar desa. Akses pada gerbang masuk juga ditutup menggunakan pagar kayu. Kayu-kayu jembatan selalu dikontrol, bahkan sebelum lebaran lalu, pengelola menambah jembatan pada area bibir pantai. Sehingga, penampakannya saat ini tidak hanya jalan lurus saja. Kini ada pertigaan. Pohon-pohon bakau masih tumbuh dengan lebat membentuk terowongan. Semua masih terjaga, hingga nantinya dibuka kembali saat berwisata.

Berwisata memang belum lengkap jika belum berselfie ria. Untuk urusan berfoto, tempat wisata ini sangat mampu diandalkan. Hijaunya pepohonan serta cantiknya jembatan akan menjadi background yang sangat sempurna disetiap hasil jepretanmu.

Ketika keluar mangrove, kami bertemu dengan Pak Ngatijan, beliau berujar jika masih ada orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Harapannya ke depan, pengunjung bisa membuang sampah pada tempatnya.

Potensi pariwisata bahari yang cukup banyak di Kabupaten Rembang merupakan aset berharga. Garis pantai yang panjang dari ujung barat sampai ujung timur menjadikan Kabupaten Rembang sangat potensial jika mengembangkan sektor pariwisata bahari.

Sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan dan berkesan. Menikmati keindahan alam yang begitu asri. Selain itu untuk menyegarkan pikiran agar lebih fresh.



         Berselfie ria di Jembatan Merah



Oke guys, sekian blog ini. Sampai jumpa diblog selanjutnya ya....see you👋👋


Penulis : Widya Nuraini
Email : mandiricell387@gmail.com
Sekolah : SMA N 1 Pamotan





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Les Privat "EduXcel"

URAP SAYURAN KELUARGA IBU WARSINI

Silsilah Keluargaku